Indonesia Negara Pertama Terapkan Teknik Somatic Embryogenesis Kakao

JEMBER – Masyarakat kopi dan kakao siap memasuki babak baru. Ini diawali dengan beroperasinya Laboratorium Teknologi Somatic Embryogenesis (SE) di Indonesia. Mentan Anton Apriyantono telah meresmikan laboratorium canggih ini di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI) di Jember, Jatim, Sabtu (16/2). Dengan peresmian Laboratorium SE tersebut, menurut Mentan, Indonesia tercatat sebagai negara pertama di dunia yang menerapkan teknologi SE untuk perbanyakan bibit kakao secara komersial. Sementara komoditas kopi, Thailand tercatat sebagai pengguna pertama teknologi SE.

Dalam sambutannya, Mentan menjelaskan bahwa sekitar 80% produksi biji kopi dan kakao Indonesia pada saat ini dihasilkan oleh perkebunan rakyat. Hasil produksi perkebunan ini juga sebagian besar untuk keperluan ekspor (biji kopi lebih dari 50% dan biji kakao hampir 90%). Dan, sekitar 2 juta petani Indonesia pada saat ini mengandalkan kopi dan kakao sebagai sumber mata pencahariannya.

Kakao merupakan salah satu komoditas utama dalam program revitalisasi perkebunan dengan target capaian pengembangan perkebunan rakyat pada tahun 2010 seluas 200.000 ha, yang meliputi program peremajaan tanaman seluas 54.000 ha, rehabilitasi tanaman tua 36.000 ha, dan perluasan areal tanaman 110.000 ha. Salah satu kunci keberhasilan program ini adalah dapat diimplementasikannya inovasi teknologi, khususnya penggunan benih unggul berkualitas. Dari target ini, dalam waktu 4 tahun ke depan diperlukan lebih dari 200 juta satuan bahan tanam (rata-rata 50 juta satuan bahan tanam/tahun). Apabila dijumlahkan dengan kebutuhan regular di luar program revitalisasi kakao sebesar 25 juta satuan bahan tanam/tahun, maka total kebutuhan menjadi 75 juta satuan bahan tanam/tahun.

Pada saat ini diperkirakan sekitar 80% dari hasil kebun kakao yang dipanen, benihnya berasal dari populasi tanaman yang telah ada sebelumnya. Hal ini menyebabkan rata-rata produktivitas kakao hanya sebesar 625 kg/ha/thn atau sekitar 0,31 % dari potensi yang diharapkan, yaitu di atas 2000 kg/ha/thn.

Kemampuan penyediaan benih kakao secara konvensional sampai lima tahun ke depan diperkirakan hanya dapat mencapai 36-50 juta pertahun atau hanya sekitar 0,48-0,67% dari kebutuhan. Selain jumlahnya belum mencukupi, benih kakao yang berasal dari biji sebenarnya belum layak disebut sebagai benih karena kualitas benihnya rendah dan sangat heterogen.

Penggunaan teknologi penghasil benih unggul bermutu yang disebut dengan teknologi Somatic Embryogenesis (SE) akan dapat mendukung penyediaan bibit klonal secara massal dengan harga yang terjangkau oleh petani. Sebagai informasi pembanding, teknologi semacam ini baru dalam tahap uji lapang untuk skala komersial di Equador, sedangkan untuk tanaman kopi Robusta telah diterapkan di Thailand.

Beberapa sifat unggul bibit yang diperoleh dengan teknologi SE adalah tanaman memiliki tajuk sempurna lengkap dengan jorquette, sistem perakaran tunggang, pertumbuhan seragam dan bersifat vigor, masa TBM empat bulan lebih cepat, relative tahan kekeringan, dan produksinya tinggi. Panen pertama dapat dilakukan pada tanaman umur tiga tahun dengan produksi sudah mencapai 500 kg/ha/thn (500% lebih tinggi dari tanaman asal benih). Pada tanaman umur lima tahun produksinya telah dapat mencapai 1.680 kg/ha/thn. Tanaman kakao yang berasal dari teknologi SE tidak hanya bersifat true type saja, melainkan juga lebih unggul dibandingkan tanaman yang diperoleh dengan teknik konvensional yang selama ini digunakan di seluruh dunia.

Pengembangan teknologi SE pada tanaman kopi dan kakao telah dilakukan oleh PPKKI, bekerjasama dengan Pusat Penelitian dan Pengembangan Nestle (Nestle R&D Centre) Tours, Perancis. Setelah melalui serangkaian proses uji lapang, teknologi SE dapat diterapkan dalam skala besar. Teknologi ini telah ditransfer ke PPKKI melalui system training pada tahun 2006-2007, yang diikuti dengan program pendampingan teknologi dalam proses produksi bibit.

Untuk mendukung pengembangan operasional secara massal, Deptan cq. Ditjenbun pada tahun 2007 telah mengalokasikan dana untuk renovasi bangunan gedung laboratorium tahap pertama seluas 900 m² dan pengadaan peralatan laboratorium SE yang ada di PPKKI Jember. Dengan telah selesainya renovasi laboratorium tahap pertama dan proses transfer teknologi SE kopi dan kakao, mulai tahun 2008 PPKKI siap memproduksi plantlet paska aklimatisasi kopi dan kakao asal SE, yaitu setara dengan 250.000 bibit kopi Robusta dan 1.100.000 bibit kakao.

Dalam upaya meningkatkan produksi dan menekan biaya produksi bibit SE, pada tahun 2008, direncanakan akan dilakukan renovasi laboratorium tahap kedua seluas 2.000 m² melalui anggaran Badan Litbang Pertanian, sekaligus melakukan lanjutan transfer teknologi SE kakao dan kopi Arabika menggunakan teknis bioreactor.

Target produksi bibit kopi asal SE tahun 2008 dan 2009 berturut-turut adalah 250.000 dan 1 juta satuan bahan tanam, sedangkan untuk bibit kakao tahun 2008 dan 2009 berturut-turut 1,1 juta dan 4 juta satuan bahan tanam. Selanjutnya mulai tahun 2010 target produksi kopi dan kakao pertahun berturut-turut sebesar 2-5 juta dan 10 juta satuan bahan tanam

Tinggalkan komentar

Belum ada komentar.

Comments RSS TrackBack Identifier URI

Tinggalkan komentar